Jumat, 08 Juni 2012

Situasi dan keadaan harga beberapa bahan pangan pokok di pasar Kabupaten Deli Serdang bulan Mei 2012

Situasi dan keadaan harga beberapa bahan pangan pokok di pasar Kabupaten Deli Serdang bulan Mei 2012 secara rata-rata dapat di download di sini

Belajar Ketahanan Pangan dari Brasil

Brasil saat ini merupakan negara eksportir utama pangan ke seluruh dunia. Padahal di tahun 2002 lalu negara ini memiliki sekitar 50 juta rakyat menderita kelaparan kronis.
Perubahan drastis tersebut berkat program zero hunger (nol kelaparan) yang berfokus pada peningkatan akses pangan dan gizi. Dalam kurun waktu 10 tahun program ini sangat berhasil.
Dubes Brasil untuk Indonesia, Paulo Alberto da Silveira Soares, mengatakan program nol kelaparan tidak hanya berhasil mengentaskan rawan pangan namun juga mampu mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran.
"Tugas pemerintah daerah dalam hal ini menjamin hak rakyat untuk mendapatkan pangan dan penyediaan stok pangan dalam kondisi darurat," kata Alberto dalam kuliah umum 'Ketahanan Pangan dalam Pembangunan Masyarakat' di Sekolah Pascasarjana UGM, Senin (9/4/2012).
Dalam program nol kelaparan, Pemerintah Brasil fokus pada peningkatan pertanian skala kecil. Disertai penyaluran kredit petani, penyuluhan, serta pembangunan irigasi di pedesaan.
"Termasuk di antaranya pemerintah aktif mencari solusi penyebab struktural dari kerawanan pangan, melakukan reformasi agraria, dan mengatur upah minimum," katanya.
Yang tidak kalah penting, lanjut Paulo, program pembagian kartu pangan bagi keluarga miskin yang disertai pemberian bantuan uang tunai lewat program Bolsa Familia.
Dari program tersebut, kata Paulo, setidaknya berhasil mengurangi angka kerawanan pangan.
"Kasus gizi buruk pada balita telah berkurang, dari 12,5 persen di tahun 2003 menjadi 4,8 persen pada tahun 2008," katanya.
Setelah berhasil dalam program nol kelaparan, kini pemerintah mencanangkan program "Brasil tanpa Kemiskinan" yang diluncurkan sejak Juni 2011 lalu.
Program ini bertujuan mengentaskan 16,2 juta rakyat Brasil yang masih hidup dalam kondisi sangat miskin. Dengan cara memperbesar bantuan tunai untuk 800.000 keluarga miskin.
Selain itu, pemerintah berupaya meningkatkan akses pendidikan, kesehatan, sanitasi, air, listrik, pelatihan keterampilan serta bantuan pendanaan untuk keluarga petani miskin.
Program ketahanan pangan yang dilakukan Brasil, menurut Paulo, bisa dijadikan rujukan bagi pemerintah Indonesia untuk bisa melakukan hal yang sama. Salah satunya, memprioritaskan ketahanan pangan sebagai kebijakan nasional dengan melibatkan multisektor.
"Harus memahami mengapa dan di mana orang lapar. Setelah itu memberikan mereka perlindungan sosial sebagai bentuk investasi masa depan, bukan sekedar kegiatan kemanusiaan," pungkasnya.

Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2012/04/09/1957237/Belajar.Ketahanan.Pangan.dari.Brasil

Senin, 04 Juni 2012

AIR SUSU IBU (ASI) DAN KETAHANAN PANGAN

Salah satu tema diskusi  dalam pertemuan Asian  European Meeting (ASEM) yang diselenggarakan di Beijing  pada  bulan  Oktober  2008  yang  lalu,  dan  dihadiri  oleh  para  kepala  Negara  termasuk Indonesia,  adalah   Ketahanan  Pangan.   Demikian  pula, Widyakarya  Nasional  Pangan  dan Gizi (WNPG)  yang  telah  diselenggarakan   pada bulan  Agustus  tahun  2008  yang  lalu  mengambil  Tema  : Meningkatkan Ketahanan Pangan untuk Mencapai Millenium Development Goal’s (MDGs).

Terkait  dengan issu ketahanan  pangan,  maka pemberian  ASI kepada bayi merupakan  aspek penting  yang perlu diperkirakan dalam  issu  ketahanan pangan. Menurut World Alliance for Breastfeeding Action (WABA), meneteki/memberi ASI kepada bayi merupakan jantung dari ketahanan pangan, karena selain ekonomis, merupakan pangan alami, praktis , dan selalu tersedia setiap saat dibutuhkan dan dengan suhu yang sesuai dan berkesinambungan demi  masa depan insan di bumi kita ini.

Ketahanan   pangan   mengandung   arti   memiliki pangan yang cukup untuk mempertahankan kehidupan yang sehat dan produktif, baik hari ini maupun  di  masa  mendatang.      Masyarakat dikatakan   memiliki   ketahanan   pangan   apabila semua anggota keluarga (termasuk bayi) memiliki akses terhadap makanan dalam jumlah yang cukup dan  mutu  yang  baik,  dengan  harga  terjangkau, dapat  diterima  dan  selalu  tersedia  secara lokal/dalam negeri secara berkelanjutan.

Pemberian ASI merupakan jaminan ketahanan pangan bagi bayi-bayi.  Tidak ada bahan makanan yang   selalu   sedia   setiap   saat,   terjangkau   dan bernilai gizi tinggi selain ASI, karena ASI saja merupakan makanan lengkap untuk bayi hingga berumur 6 bulan. Oleh karena itu disarankan untuk memberi ASI Eksklusif   (hanya diberi ASI hingga berumur 6 bulan).

Bulan November  1996, FAO menjadi tuan rumah pada Pertemuan Puncak   Pangan Dunia di Roma. WABA  dan  LSM    yang  lain  telah  menyarankan aspek  meneteki  dikaitkan  dengan  ketahanan pangan sebagai berikut :
1.     Mereformulasi konsep ketahanan pangan agar dimulai dari masa konsepsi.
2.     Mempromosikan      meneteki/memberi      ASI kepada bayi sebagai bagian dari perencanaan ketahanan pangan suatu negara.
3.    Memasukkan  aspek  ASI  dalam  penghitungan
supplai   makanan   suatu   negara   dan   Food
Balance Sheet.

Dengan  meneteki/memberi  ASI  kepada  bayi berarti memberikan zat-zat gizi penting bagi bayi, guna   mencegah  kekurangan  gizi pada anak-anak berusia dibawah dua tahun (baduta) atau lebih. ASI merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi; dilain pihak, meneteki/memberi ASI juga memberi manfaat yang besar bagi kelangsungan hidup bayi, ibu, keluarga, masyarakat dan bumi kita.

Manfaat ASI bagi kelangsungan hidup bayi

ASI dibutuhkan  oleh   sekitar  140 juta bayi yang lahir setiap tahun di dunia ini.   ASI merupakan makanan     pertama  dan  utama  bagi  bayi  yang bernilai  gizi  tinggi,  terjangkau  dan  dapat melindungi bayi dari sindrom kematian bayi mendadak   atau   SIDS   (Sudden      Infant   Death Syndrome).  Kejadian diare dapat   terjadi 3 dan 14 kali lebih tinggi pada   anak-anak yang diberi susu formula dibandingkan dengan anak   yang hanya diberi ASI.
Komposisi   ASI   berubah-ubah   setiap   saat   dan
menurut periode laktasi, sementara komposisi susu formula tetap sama.
              Kolostrum,   susu  pertama   yang  dikeluarkan oleh  ibu  bersalin  memenuhi  kebutuhan  gizi bayi  baru  lahir.  ASI  mengandung  anti  virus, anti bakteri, memperkuat daya tahan bayi dan merupakan  sumber  vitamin  A;  dengan demikian  bayi/anak  yang  mendapat  ASI memiliki  daya tahan tubuh lebih tinggi. Oleh karena itu ASI sekaligus berfungsi sebagai immunisasi pertama bagi anak-anak.
              Bayi   yang   mendapat   ASI   memiliki   risiko terkena infeksi lebih rendah.
              Meneteki   dapat   mencegah   penyakit   atopik, termasuk  atopik  eksim,  alergi  terhadap makanan,  dan  alergi  pernafasan  pada  anak- anak.
              Bayi prematur yang mendapat ASI mempunyai skor IQ lebih tinggi pada usia 78 tahun dibandingkan dengan bayi yang mendapat makanan buatan.

Manfaat ASI bagi Ibu

Meneteki bayi memberi kenikmatan kepada kedua belah pihak yakni bagi bayi dan bagi  Ibu. Beberapa keuntungan bagi Ibu yang meneteki yaitu :

      Mengurangi  risiko  terkena  kanker  payudara dan rahim, anemia & osteoporosis.
      Meneteki        berarti    memelihara    hubungan emosional Ibu dan bayi
      Menghemat    waktu    dan    biaya    penyiapan makanan bagi bayi.
      Meneteki/menyusui           eksklusif          dapat menjarangkan kelahiran, mempercepat penyembuhan   setelah   persalinan,   bayi   baru lahir lebih terawat dan berpengaruh  terhadap ketahanan pangan keluarga dan masyarakat.
      Praktis, tersedia setiap saat  dengan suhu yang sesuai dengan  kemampuan bayi.

Manfaat ASI bagi keluarga :

Dengan   meneteki,   pengeluaran   untuk   makanan bayi relatif sangat kecil, sementara jika memberi makanan buatan kepada bayi dapat menghabiskan sekitar 20–90% dari pendapatan keluarga.   Biaya untuk membeli 1 kaleng susu formula (saat ini berharga  sekitar  Rp.  100.000/400  gr  yang  akan habis dalam waktu 3 hari, dalam 1 bulan seorang bayi memerlukan sekitar 8 kaleng x Rp. 100.000 = Rp.  800.000Rp  1.000.000,-  bila  tidak  mendapat ASI  dari  ibunya.  Hal  ini  jelas  sangat mempengaruhi jatah makan keluarga se hari-hari.

Manfaat  ASI bagi Masyarakat

Meneteki/memberi  ASI  kepada  bayi  sangat penting untuk mengatasi masalah kelaparan. Pada kebanyakan masyarakat, banyak keluarga dan individu    tidak mempunyai makanan yang cukup, oleh   karena    itu   sering    menderita    kelaparan. Dengan meneteki dapat memberi jaminan pangan yang  sangat  penting  bagi  keluarga  yang mengalami  kekurangan  pangan  dalam  situasi darurat.

Para Ibu harus yakin bahwa mereka dapat memberikan   makanan   yang   terbaik   bagi   bayi mereka.  Bahkan  Ibu yang  kelaparan  karena  tidak mampu  membeli  makanan     mereka  setiap  hari masih  dapat  memberi  ASI  lebih  sering  dari pada ibu yang mendapat makanan cukup.

Selain  itu,  bayi  yang  mendapat  ASI  memiliki  IQ lebih tinggi dari yang tidak mendapat, maka masyarakat akan diuntungkan. Ibu lebih sehat dan biaya  untuk  kesehatan  lebih  kecil. Meneteki/memberi ASI merupakan cara terbaik untuk meningkatkan kelangsungan hidup anak.

Manfaat  ASI bagi lingkungan
Kita hidup di dunia yang penuh polusi. Dengan meneteki/memberi     ASI,     tidak     menimbulkan
sampah;  setiap  ibu  yang  meneteki  dapat mengurangi masalah polusi dan sampah. Dengan meneteki/memberi ASI  tidak membutuhkan lahan, air, metal, plastik dan minyak yang semuanya dapat merusak lingkungan, Dengan demikian, meneteki/memberi ASI     dapat melindungi lingkungan hidup kita.

Kita  pertimbangkan beberapa fakta berikut ini :
      Jika  setiap  bayi  di Amerika  diberi  ASI,  akan menghemat sekitar 86.000 kaleng susu yang seharusnya  dapat  digunakan  untuk  membuat
550  juta  kaleng  susu;  dan  1.230  ton  kertas
(label susu kaleng )
      Makanan    botol,    kempeng    dan    peralatan lainnya,  membutuhkan  plastik, karet dan silikon.  Tahun  1987 misalnya   4,5 juta botol susu  hanya  di Pakistan.  Jumlah  untuk  setiap bayi bahkan lebih besar di negara industri. Sampah  ini menghabiskan  sumber  daya  alam dan menambah masalah pembuangan sampah.
     Air  untuk  susu  buatan,  botol  dan  dot  harus disterilisasi   terlebih   dahulu   sebelum digunakan.  Untuk itu diperlukan   sekitar 200 gr kayu untuk memanaskan 1 liter air; dalam 1 tahun bayi yang diberi makanan buatan akan menghabiskan   paling  sedikit  sekitar  73  kg kayu.
   Selain air, peralatan dapur untuk menyiapkan susu formula  merupakan  sumber  kontaminasi yang perlu diwaspadai.
      Pada     tahun     70’an,     perawat     kesehatan masyarakat di Canada menurunkan tingkat timah hitam pada bayi yang berasal dari sodder timah hitam dari panci listrik yang digunakan untuk mendidihkan air untuk mengencerkan susu formula.

Bagaimana dengan toksin pada ASI ?

ASI  dapat  dicemari  oleh polusi  lingkungan. Substansi toksik seperti PCB, dioxin, pestisida, ftalate, dan logam berat pernah ditemukan di dalam ASI  dari  beberapa   orang  ibu  dan  di  beberapa tempat.  Namun  hal ini hendaknya  jangan  sampai membuat ibu tidak memberi ASI   kepada bayinya karena alasan sbb :

    Berbagai     penelitian     menemukan     bahwa manfaat  meneteki/memberi  ASI    jauh  lebih besar dibandingkan dengan risiko toksin yang kemungkinan ada dalam ASI.
    Toksin   ditemukan    dalam   berbagai    rantai makanan. Susu buatan seperti susu kedele dan susu sapi   serta susu formula buatan juga terkontaminasi. Faktanya bahwa susu sapi terekspose separuh terhadap PCB dan dioxin.


      Dioksin     diproduksi     dalam     pabrik     dan pembuangan  kaleng  susu  bayi  dan  kemasan serta  selama  transportasi.  Ini  berarti  bahwa susu botol dan infant formula secara tidak langsung  akan  menambah  jumlah  toksin  di dalam lingkungan.

Aspek ketahanan pangan melalui kehidupan perempuan.

Konsepsi atau kehamilan

Wanita muda hendaknya  sehat dan berstatus  gizi baik sebelum mereka memulai kehidupan reproduksinya. Idealnya setelah mereka selesai pertumbuhan  yakni sejak berusia diatas 20 tahun. Defisiensi energi, asam lemak dan mikronutrien dapat   mengakibatkan   bayi   lahir   dengan   berat badan lahir rendah (BBLR).
Kehamilan

Ibu yang memiliki status gizi yang baik selama kehamilan  akan melahirkan  bayi yang sehat. Bayi dengan BBLR kurang beruntung   karena  berisiko terhadap infeksi dan kematian   pada usia dini dan menambah insiden penyakit seperti diabetes, stroke dan penyakit jantung dikemudian hari.

Kondisi kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil merupakan    penyebab  BBLR.  Ibu hamil  memiliki risiko kekurangan gizi, terutama ibu dari keluarga miskin.

Defisiensi Mikronutrien

   Defisiensi zat besi

Masalah  gizi  yang  paling     umum  dijumpai   di seluruh  dunia  adalah  anemia  (defisiensi  zat  besi) yang dialami oleh wanita usia subur, bayi dan anak- anak.      Sekitar 60% wanita di seluruh dunia mengalami anemi. Ibu yang menderita anemi mengakibatkan melahirkan   bayi prematur, BBLR, dan rendahnya cadangan besi dalam tubuh Ibu dan anak yang sakit. Meskipun ASI hanya mengandung sejumlah kecil (0.5–1 mg/L) besi, namun bayi yang mendapat ASI jarang menederita kekurangan besi karena penyerapan zat besi yang ada dalam ASI paling tinggi dibandingkan zat besi dalam makanan lain.

Zat besi dalam infant formula  tidak diserap sebaik dalam  ASI. Pemberian  MP-ASI  yang terlalu  dini mengganggu   penyerapan   zat   besi   dalam   ASI. Namun meskipun menderita anemi, ibu tetap dapat memproduksi ASI  yang cukup untuk bayi mereka

 
   Gangguan    Akibat    Kekurangan    Yodium
(GAKY)

Dewasa ini sekitar 1.5 juta orang didunia hidup di lingkungan yang kekurangan yodium, GAKY menyebabkan gondok, dan gangguan mental yang seharusnya dapat dicegah.

Ada  beberapa   bukti   yang   menunjukkan   bahwa GAKY menyebabkan gangguan pertumbuhan. Meskipun  dalam  tingkat  ringan,  kekurangan yodium dapat menurunkan IQ poin sebesar 1015 poin. Kekurangan yodium pada wanita hamil dapat mengakibatkan  kerusakan  otak  dari  janin.  Anak- anak yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan yodium,  mengalami  kesulitan  belajar  dan mengalami perkembangan psikomotor yang terlambat. Kandungan   yodium dalam tubuh ibu mempengaruhi  kadar yodium dalam ASI. Jika ibu kekurangan   yodium,   kandungan   yodium   dalam ASI-nya  juga  rendah,  dengan  sendirinya  bayinya juga kekurangan yodium. Oleh karena itu mengkonsumsi garam hanya yang beryodium akan memberi  keuntungan  terutama  pada ibu dan bayi yang diteteki.

   Defisiensi vitamin A

ASI  merupakan  sumber  vitamin  A  yang  terbaik bagi bayi. Kekurangan vitamin A diderita oleh 250 juta di seluruh dunia. Vitamin A sangat penting untuk mempertahankan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Tanpa ASI, bayi baru lahir memiliki cadangan vitamin A hanya untuk beberapa minggu saja. Defisiensi vitamin A jarang terjadi pada bayi yang mendapat ASI.     Meskipun ibu mengalami kekurangan gizi,    ASInya masih mengandung vitamin  A     yang  cukup  untuk  selama  6  bulan dengan ASI  Eksklusif. Namun kadar vitamin A dalam  ASI  tetap  dipengaruhi  oleh  makanan    ibu dan status gizi ibu.

Pemberian   ASI   Menjamin   Kesehatan   Masa
Depan

Meneteki dapat menjarangkan kehamilan, hal ini penting dalam program KB. Dalam Pertemuan Puncak   Pangan Dunia,  telah  diingatkan kepada pemerintah, dan LSM bahwa            ASI       merupakan
makanan pertama dan paling penting bagi bayi. Meneteki/memberi    ASI   merupakan   jantung dari ketahanan  pangan, karena  selain ekonomis, merupakan   pangan   alami,   praktis   ,  dan  selalu
tersedia setiap saat dibutuhkan dan dengan suhu yang  sesuai  dan  berkesinambungan  demi    masa depan insan di bumi kita ini.

Memenuhi kebutuhan ibu meneteki

Sebagai  produsen  makanan  istimewa  bagi  bayi  , para ibu meneteki memerlukan lingkungan yang mendukung,  termasuk  memenuhi  kebutuhan  gizi para ibu meneteki tersebut.     Ibu meneteki memerlukan tambahan enersi karena mereka merupakan   sumber   pangan   untuk   bayi/   anak mereka.

Laktasi  tidak  dipengaruhi   oleh  status  gizi  ibu. Laktasi   hanya   berpengaruh   jika   ada   kelaparan dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, dalam situasi darurat pun ibu harus tetap meneteki/ memberi ASI kepada bayi mereka. Meskipun demikian,    makanan    ibu  yang  meneteki    tetap harus  diperhatikan.

Memperkenalkan Makanan Padat

Pada umur sekitar 6 bulan, produksi dan komposisi ASI mulai menurun, sementara kebutuhan gizi bayi meningkat.  Untuk  mengisi  kekurangan  ini, selain ASI, bayi memerlukan makanan padat (MP-ASI) untuk  melengkapi  ASI.  Makanan  padat  tersebut tidak harus yang mahal harganya. Kombinasi ASI dan  makanan  keluarga  dengan  harga  yang terjangkau dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Perut bayi yang kecil membutuhkan makanan yang lebih bervariasi dan lebih sering.

Banyak perusahaan yang mengiklankan produk makanan  bayi  berumur  <  6  bulan,  yang dikategorikan  sebagai pelanggaran  terhadap  Kode etik      Internasional   Pemasaran   Pengganti   ASI (PASI).

Pada tahun kedua dan seterusnya, selain ASI, bayi juga  mendapat  MP-ASI,  keunggulan  ASI  masih tetap  diperoleh.  ASI  merupakan  sumber  protein yang melengkapi serealia dan makanan lainnya.

Pernyataan yang menekankan pentingnya meneteki/memberi ASI kepada bayi  dan Konvensi Hak-hak     anak    telah    diadopsi    dalam    POA
Pertemuan Puncak Pangan Dunia di Roma, bulan
September 1996, telah menyepakati hal-hal sbb:

Komitmen 1 :

   Berikan   perhatian   khusus   pada   kebutuhan anak,  terutama  anak  perempuan  dalam program ketahanan pangan sehingga sejalan dengan Konvensi hak-hak anak.

   Dengan memberikan kontribusi khusus kepada wanita, dapat menjamin gizi anak dan keluarga dengan   menekankan   pentingnya   pemberian ASI kepada bayi.

ASI  merupakan  satu-satunya  makanan  bagi berjuta-juta  anak  di  dunia  ini.  Di  negara berkembang, lebih dari 250 juta metrik ton ASI dikonsumsi  setiap  tahun.  Pada  masa lalu, sumber pangan  yang  sangat  penting  ini dilupakan  dalam kalkulasi   suplai   pangan   suatu   negara,   padahal aspek meneteki/memberi ASI        merupakan bagian dari ketahanan pangan global.

Apa   yang   dapat   dilakukan   untuk   memperkuat
Ketahanan Pangan?

1.    Berpartisipasilah dalam Hari Pangan Sedunia
2.     Upayakan agar pemenuhan kebutuhan gizi dan kesehatan   ibu memerlukan program prioritas yakni promosi meneteki/memberi ASI.
3.    Masukkan pentingnya meneteki/memberi  ASI
kepada bayi dalam kurikulum  pendidikan  gizi dan kesehatan anak-anak  sekolah.
4.     Kembangkan   resep-resep   MP-ASI      buatan rumah yang padat gizi.
5.     Jangan   terpengaruh   oleh   iklan   perusahaan yang  memproduksi   susu  formula  pengganti ASI yang mengeruk keuntungan dari masyarakat.
6.    Sediakan  materi  KIE  meneteki/memberi  ASI
dan bangkitkan  dukungan  masyarakat  kepada ibu  menyusui   (klinik,  kelompok   pendukung ASI, dsb)
7.    Lakukan kampanye tentang kelaparan dengan
memberi  perhatian  khusus  kepada mikronutrien  yang  dibutuhkan  oleh  ibu  dan anak yang diberi ASI.


*) Disadur dari Breastfeeding and Food Security ; WABA Activity Sheet 10 oleh Lucia V. Pardede, SKM, MSc.; Jakarta, 25 Oktober  2008