Bioteknologi adalah jalan
keluar atau solusi menghadapi tantangan dan ancaman krisis pangan dunia,
termasuk Indonesia. Koordinator Asia bidang Program Keamanan Hayati (program for biosafety system)
Julian Adams mengatakan bahwa rekayasa genetika tanaman pangan dengan
bioteknologi harus dilakukan dan dikembangan demi mengantisipasi ancaman
krisis pangan dunia yang diramalkan akan memuncak mulai tahun 2050
kelak.
"Bioteknologi juga bisa menjadi jawaban perubahan iklim
global, krisis air, sekaligus pengurangan pestisida dan emisi karbon
dunia," ujar Julian Adams usai berbicara dalam seminar Agricultural
Biotechnology di Universitas Jember, Kamis, 27 september 2012.
Pakar
bioteknologi dari University of Michigan itu menambahkan badan pangan
dunia (FAO) meramalkan akan terjadi peningkatan kebutuhan pangan
sebanyak 60 persen agar penduduk dunia tidak terpuruk dalam kemiskinan
dan kelaparan. "Pemuliaan varietas tanaman pegangan, seperti beras,
jagung, tebu, dan gandum dengan memanfaatkan bioteknologi harus terus
dilakukan," kata dia.
Rekayasa genetika itu, katanya, harus
dilakukan untuk mendapatkan beberapa varietas tanaman yang memiliki
ketahanan perubahan iklim. Apalagi dalam beberapa tahun terakhir
perubahan iklim tidak bisa diprediksi. Akibatnya, mulai banyak terjadi
kekeringan dan banjir yang sangat merugikan tanaman para petani sebagai
produsen pangan.
Pakar ilmu biologi molekuler dari Universitas
Jember, Bambang Sugiharto, mengatakan, perubahan iklim serta pertumbuhan
penduduk yang semakin cepat merupakan ancaman ketahanan pangan. Dampak
perubahan iklim yang membuat terganggunya organisme tanaman dan kondisi
tanah ikut berpengaruh pada produksi pangan. "Pemerintah dan praktisi
pertanian harus serius mencari solusi yang cepat dan tepat guna.
Bioteknologi bisa menjadi jawabannya," katanya.
Bioteknologi
untuk pemuliaan varietas tanaman saat ini berbeda dengan beberapa tahun
lalu. "Dulu, bioteknologi dengan cara eksploitasi potensi kimiawi
mikroba untuk mengahasilkan barang atau jasa, sekarang dengan memilih
dan mengembangkan sifat genetis yang unggul," katanya.
Dengan teknologi rekayasa genetika atau genetic engineering,
para pemulia dapat merakit varietas-varietas baru yang tahan dengan
permasalahan pertanian, seperti penyakit dan hama, genangan air,
salinitas, dan kekeringan. Rekayasa genetika itu, kata dia, membuat
"organisme baru" produk bioteknologi dengan sifat-sifat yang
menguntungkan bagi manusia seperti jagung dan padi tahan hama serta
tahan cuaca ekstrim.
Di beberapa negara seperti Jepang dan
Thailand, kata Sugiharto, penggunaan bioteknologi mulai dari hulu sampai
hilir sudah bisa dimanfaatkan masyarakat, termasuk para petani. "Mereka
telah mendapatkan manfaat secara ekonomis dengan meningkatnya produksi
pangan, pengurangan biaya pestisida dan tenaga kerja, efisiensi lahan
dan pengolahan tanah serta dampak positif terhadap lingkungan dengan
berkurangnya emisi gas rumah kaca," kata penemu tebu yang tahan terhadap
kekeringan itu.
MAHBUB DJUNAIDY
Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2012/09/27/061432310/Bioteknologi-Solusi-Hadapi-Krisis-Pangan
Senin, 19 November 2012
Situasi dan keadaan harga beberapa bahan pangan pokok di pasar Kabupaten Deli Serdang bulan Oktober 2012
Situasi dan keadaan harga beberapa bahan pangan pokok di pasar Kabupaten
Deli Serdang bulan Oktober 2012 secara rata-rata dapat di download di sini
Label:
cadangan pangan,
deli serdang,
Harga,
harga pangan,
inflasi,
ketahanan,
ketahanan pangan,
konsumen,
krisis,
krisis pangan,
masyarakat,
pangan,
pangan pokok,
pasar,
pemantauan,
rumah tangga
Lokasi:
Lubuk Pakam, Deli Serdang
Langganan:
Postingan (Atom)