Naiknya harga eceran kedelai belakangan ini telah mengkhawatirkan
sejumlah perajin tahu dan tempe. Harga eceran yang sudah menembus Rp8000
per kilogram membuat para perajin tempe berencana melakukan mogok
produksi pada 25-27 Juli ini. Berbagai pihak menuduh adanya kartel
importir kedelai yang membuat harga kedelai melambung tinggi.
Namun, hal ini ditepis oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia
(APINDO), Jimanto. Menurut dia, ada beberapa faktor yang membuat harga
eceran kedelai merangkak naik belakangan ini. Pertama adalah terbatasnya
stok kedelai dunia dikarenakan musim kering yang berkepanjangan.
Sementara sebelumnya, China telah menimbun stok dengan melakukan impor
besar-besaran.
“Sebelum terjadi kenaikan harga kedelai dunia, maka pengusaha dalam
negeri menaikkan harga karena mereka perlu mengamankan keuangannya.
Sebab jika mereka tidak menaikkan harga, mereka tidak dapat melakukan
impor lagi dalam jumlah yang sama dengan sebelumnya,” kata Jimanto
ketika dihubungi hari ini (23/7).
Kedua, Jimanto menengarai memang terjadi peningkatan permintaan
menjelang lebaran. Karena pasok yang kurang maka harga pun naik.
“Saya tidak melihat ada kartel sebagai penyebab melonjaknya harga. Yang
terjadi adalah pengusaha melakukan tindakan-tindakan pengamanan cash
flow, tindakan berjaga-jaga karena mengantisipasi kenaikan harga kedelai
dunia,” tambah dia.
Sebagai solusi, Jimanto menyarankan agar Pemerintah kembali mengatur
tataniaga kedelai. “Kedelai ini sudah menjadi komoditas strategis. Jadi
harus diatur. Dikembalikan ke Bulog, seperti Bulog mengatur beras,”
tutur dia.
Dengan demikian Pemerintah harus mempunyai stok kedelai, sehingga pada
saat harga kedelai merangkak naik, Pemerintah dapat melakukan intervensi
dengan menambah pasok ke pasar.
Sebelumnya diberitakan bahwa Ketua II Gabungan Koperasi Produsen Tempe
Tahu Indonesia (Gakoptindo) Sutaryo mendesak agar pemerintah segera
turun tangan. Ia berharap pemerintah tidak hanya menangani kenaikan
harga daging ayam, telur, dan daging sapi tetapi harga kedelai juga.
Sebagai informasi, Indonesia masih mengimpor kedelai sedikitnya
sekitar 1,4 sampai 1,6 juta ton per tahun. Kebutuhan nasional bisa
mencapai 2,2 juta ton per tahun dan Indonesia hanya memproduksi 600 ribu
ton sampai 800 ribu ton per tahunnya.
Sumber : http://jaringnews.com/ekonomi/sektor-riil/19316/harga-kedelai-merangkak-karena-pengusaha-ingin-berjaga-jaga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar