Rabu, 25 Juli 2012

Harga Kedelai Merangkak Karena Pengusaha Ingin Berjaga-jaga

Naiknya harga eceran kedelai belakangan ini telah mengkhawatirkan sejumlah perajin tahu dan tempe. Harga eceran yang sudah menembus Rp8000 per kilogram  membuat para perajin tempe berencana melakukan mogok produksi pada 25-27 Juli ini. Berbagai pihak menuduh adanya kartel importir kedelai yang membuat harga kedelai melambung tinggi.

Namun, hal ini ditepis oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Jimanto. Menurut dia, ada beberapa faktor yang membuat harga eceran kedelai merangkak naik belakangan ini. Pertama adalah terbatasnya stok kedelai dunia dikarenakan musim kering yang berkepanjangan. Sementara sebelumnya, China telah menimbun stok dengan melakukan impor besar-besaran.

“Sebelum terjadi kenaikan harga kedelai dunia, maka pengusaha dalam negeri menaikkan harga karena mereka perlu mengamankan keuangannya. Sebab jika mereka tidak menaikkan harga, mereka tidak dapat melakukan impor lagi dalam jumlah yang sama dengan sebelumnya,” kata Jimanto ketika dihubungi hari ini (23/7).

Kedua, Jimanto menengarai memang terjadi peningkatan permintaan menjelang lebaran. Karena pasok yang kurang maka harga pun naik.

“Saya tidak melihat ada kartel sebagai penyebab melonjaknya harga. Yang terjadi adalah pengusaha melakukan tindakan-tindakan pengamanan cash flow, tindakan berjaga-jaga karena mengantisipasi kenaikan harga kedelai dunia,” tambah dia.

Sebagai solusi, Jimanto menyarankan agar Pemerintah kembali mengatur tataniaga kedelai. “Kedelai ini sudah menjadi komoditas strategis. Jadi harus diatur. Dikembalikan ke Bulog, seperti Bulog mengatur beras,” tutur dia.

Dengan demikian Pemerintah harus mempunyai stok kedelai, sehingga pada saat harga kedelai merangkak naik, Pemerintah dapat melakukan intervensi dengan menambah pasok ke pasar.

Sebelumnya diberitakan bahwa Ketua II Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Sutaryo mendesak agar pemerintah segera turun tangan. Ia berharap pemerintah tidak hanya menangani kenaikan harga daging ayam, telur, dan daging sapi  tetapi harga kedelai juga.

Sebagai informasi,  Indonesia masih mengimpor kedelai sedikitnya sekitar 1,4 sampai 1,6 juta ton per tahun. Kebutuhan nasional bisa mencapai 2,2 juta ton per tahun dan Indonesia hanya memproduksi 600 ribu ton sampai 800 ribu ton per tahunnya.

Sumber : http://jaringnews.com/ekonomi/sektor-riil/19316/harga-kedelai-merangkak-karena-pengusaha-ingin-berjaga-jaga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar